Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen #MyCupOfStory yang diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com
Sebuah kedai kopi muncul begitu saja pada suatu hari di pertengahan bulan Juli.
Kemunculannya begitu tiba-tiba. Aro tahu benar itu.
Sebab, setiap hari Aro selalu melewati persimpangan jalan ini dan bangunan yang berada di sudut jalan itu selalu gelap dan tidak memiliki tanda-tanda pembangunan.
Tidak ada tumpukan pasir, tidak ada adukan semen, bahkan tidak ada tripleks yang menutupi bagian depannya. Tidak ada apa pun yang bisa dijadikan pertanda kalau bangunan itu sedang dibangun.
Maka, ketika Aro melintasi persimpangan jalan itu tadi pagi, ia kaget setengah mati ketika melihat bangunan gelap tersebut sudah bertransformasi menjadi lebih semarak. Kesan gelapnya masih ada, namun kini terasa lebih hidup. Ada kanopi hijau yang tampaknya baru dipasang di bagian depannya dan sebuah ukiran papan kayu tergantung sempurna, menandakan identitasnya sebagai kedai kopi. Samar-samar, Aro mendengar suara musik yang terputar di dalamnya. Oh, dan juga bau biji kopi yang baru digiling.
Aro berani bersumpah, ketika ia pulang kemarin kedai kopi ini belum ada.
Bagaimana mungkin sebuah kedai kopi bisa berdiri hanya dalam hitungan jam saja?
Sebelum rasa penasarannya bertambah menjadi tiga kali lipatnya, Aro segera berlalu dari persimpangan jalan tersebut dan berjalan menuju kantor.
***